Cari Blog Ini

Minggu, 23 Juli 2017

SOEKARNO & POLIGAMI

Salah satu hal yang diingat dari Soekarno hingga sekarang adalah reputasinya sebagai pencinta wanita. Beliau berkata Apa sebab kok gerakan kita tidak pernah mandek tidak pernah padam malahan sampai pada tanggal 17 Agustus 1945 Indonesia dikenal sampai keseluruh dunia,sebagai dikenal oleh dunia pada tahun 1883,tatkala gunung krakatau tau meledak. Apa sebab gerakan Indonesia itu saudara-saudara  tidak pernah mandek ialah karena wanita Indonesia di dalam gerakan itu[1].
Sepanjang hayatnya yang mencapai 69 tahun, Soekano menikah resmi sebanyak 9 kali. Kesembilan istrinya yang dinikahi secara resmi itu ialah Siti Oetari,Inggit Ganarsih,Fatmawati,Hartini,Haryati,Ratna Saridewi,Yurike sanger dan Kartini Manoppo.Buna Karo merupakan orang yang pandai merayu, dalam filosofi Bung Karno, matahari artinya sinar milik Allah,sungai batanghari artinya sungai milik Allah. Sukarno adalah adalah arjuna yang tidak pernah sepi dengan rayuan, rayuan yang penuh janji dan cinta yang mampu melalukan hati perempuan hingga bertekuk dalam pelukan. Soekarno berkirim surat yang tidak pernah sepi dengan pujian[2]. Dari kesembilan istri itu Soekarno dakruniai sembilan anak,dari Ibu Fatmawati dikaruniai 5 anak yaitu Guntur Soekarnoputra, Megawati Soekarnoputri, Rachmawati Soekarnoputri, Sukmawati Soekarnoputri dan Guruh Soekarnoputra. Dari Ibu Hartini dikaruniai  2 orang putra yaitu Taufan Soekarnoputra dan Bayu Soekarnoputra. Dari Ibu Haryati dikaruniai 1 orang putri yaitu Ayu Gembirowati. Dari Ratna Saridewi dikaruniai 1 orang putri yaitu Kartika Sari. Dari Ibu Kartini Manoppo dakaruniai 1 orang putra yaitu Totok Suryawan.
Saya kira rekor ini tak akan terpecahkan oleh presiden Indonesia selanjutnya, sampai kapanpun. Sebetulnya, bila menengok sikap Soekarno di masa awal pergerakan (th 1929), polah poligami Soekarno pada zaman puncak karirnya patut dikritisi. Saat itu, ketika bersua H Agus Salim di Bandung, Soekarno muda sudah menikahi Inggit Ganarsih setelah sebelumnya menceraikan Oetari Tjokroaminoto, mengkritik norma Islam yang memperbolehkan adanya poligami. Agus Salim yang memang agamis, membelanya setengah mati lengkap dengan makna aturan tersebut. Sekian tahun kemudian, Agus Salim tetap dengan satu istri, dan Soekarno membuat rekor itu tadi.
Saat Soekarno dengan beraninya minta izin pada Inggit Ganarsih untuk menikahi anak asuh mereka, Fatmawati, mungkin orang banyak maklum. Pasalnya, sudah belasan tahun sejak menikahi wanita yang usianya 13 tahun lebih tua darinya itu, Soekarno tak juga mendapatkan anak. Namun saat ia menikahi Hartini (tahun 1953), sontak kaum wanita saat itu heboh. Mereka bertanya-tanya, apa gerangan yang membuat sang pemimpin berubah pikiran jadi pro dengan poligami?
Ternyata pertanyaan itu dapat terselesaikan dari mulut Soekarno sendiri,ternyata beliau ini ingin mempunyai istri yang penurut, tidak cerewet, tidak suka membantah dan maksimal dalam memberi layanan kepada suami. Apakah karena alasan itu Fatmawati telah gagal memenuhi semua kriteria itu?Mungkin bisa jadi,sekedar untuk diketahui Fatmawati lahir dari keluarga sumatera yang lebih egaliter, ia pun berpendidikan Taman Siswa. Dan catatan, saat Soekarno minta izin menikahi Hartini, Fatmawati sudah cukup disibukkan oleh 5 anak yang dilahirkannya.
Sedangkan dengan istrinya yang keempat ini yaitu Hartini,bisa dikatakan merupakan kebalikan dari Fatmawati dan sesuai dengan kriteria yang disebutkan soekarno diatas. Hartini selalu menyambut dengan mesra setiap Soekarno menyambanginya di Istana Bogor, ia memasak sendiri makanan Soekarno, memijitinya di kala lelah. Hartini juga tak pernah protes, walau dalam 10 tahun pernikahan tak pernah diajak ke Istana Merdeka. Sekalinya ia terpaksa kesana karena dibakar cemburu, mendengar rumor Soekarno sudah menikahi Haryati, seorang gadis yang banyak dideskripsikan orang sebagai hartini muda. Akan saya kemukakan tiga dari sembilan istri Soekarno yang menurut saya berperan besar dalam kehidupan Soekarno mereka adalah Siti Oetari, Inggit Garnasih dan Fatmawati.
Siti oetari merupakan istri pertama soekarno yang juga merupakan putri sulung dari H.O.S Cokroaminoto beliau merupakan tokoh sarekat Islam. Sewaktu itu Soekarno menumpang di rumah HOS Cokroaminoto ketika sedang menempuh pendidikan sekolah menengah atas. Beliau juga merupakan orang yang membiayai sekolah Bung Karno ketika masih di Surabaya[3]. Soekarno menikahi oetari ketika usianya belum genap 20 tahun sedangkan oetari baru berumur 16 tahun. Ia dinikahi soekarno di surabaya pada tahun 1921.Beberapa saat kemudian soekarno pindah ke bandung untuk melanjutkan pendidikan di THS yg sekarang menjadi ITB. Soekarno kemudian menceraikan oetari.
Inggit ganarsih merupakan istri kedua soekarno,ia dinikahi soekarno dalam keadaan janda setelah bercerai dari 2 suami sebelumnya yaitu Nata atmaja merupakan Kopral Belanda dan H.Sanusi, bisa jadi tanpa inggit ganarsih bung karno bukanlah siapa-siapa. Bisa jadi bung karno tdk dpt menyeleseikan kulihnya di THS bandung karena inggit ganarsihlah yang selalu membangkitkan semangatnya dengan dukungan moral dan material. Bung karno mungkin juga akan mengakhiri semangat perjuangannya di balik penjara sukamiskin.Bung Karno akan mati di Ende Flores Namun sayang mereka bercerai setelah sukarno ingin menikah lagi.
Fatmawati merupakan istri ketiga bung karno beliau dilahirkan di bengkulu pada tahun 1923 dan meninggal di Jakarta pada tahun 1980. Dengan Fatmawati Soekarno mempunyai 5 anak. Beliau berperan besar dalam kemerdekaan bangsa Indonesia karena beliaulah yang menjahit bendera merah putih untuk dikibarkan pada tanggal 17 Agustus 1945. Fatmawati tidak mau menikah dengan soekarno sebelum soekarno menceraikan istri keduanya,ia tidak mau dimadu.Ia bersikeras keluar istana setelah mengetahui bung karno menikahi hartini.





DAFTAR PUSTAKA
Ally, Rum.2006.Menyilang Jalan Kekuasaan Militer Otoriter.Jakarta: Kompas
Dake, Antonie C.A. 2006.Sukarno File, Kronologi Suatu Keruntuhan.Jakarta: Aksara Karunia.
Habibie, Bacharuddin Jusuf.2006.Detik-Detik Yang Menentukan.Jakarta: THC Mandiri.
Ham, Ong Hok.2002.Dari Soal Priyayi Sampai Nyi Blorong, Refleksi Historis Nusantara.Jakarta: Kompas.
Herdiato, H. Raharjo.2001.Bung Karno, Gerakan Massa Dan Mahasiswa.Jakarta: Grasindo.
Kuntari, Rien.1998.Hari-Hari Akhir Sukarno di Mata Dewi.Jakarta: Kompas
Notosusanto, Nugroho.1981.80 Tahun Bung Karno.Jakarta timur  : Sinar Harapan

Nuryanti, Yeni.2007.Perempuan Dalam Hidup Sukarno, Biografi Inggit Garnasih.Yogyakarta: Ombak
Paparchontis, Kathleen.2001.100 Pemimpin Dunia Yang Berengaruh Didalam Sejarah Dunia.Batam: Karisma Publishing Group.
T.Simbolon, Parakitri.2006.Menjadi Indonesia.Jakarta: Kompas






[1] Herdiato, H. Raharjo.2001.Bung Karno, Gerakan Massa Dan Mahasiswa.Jakarta: Grasindo P. 67

[2] Nuryanti, Yeni.2007.Perempuan Dalam Hidup Sukarno, Biografi Inggit Garnasih.Yogyakarta: Ombak. P. 34

[3] Paparchontis, Kathleen.2001.100 Pemimpin Dunia Yang Berengaruh Didalam Sejarah Dunia.Batam: Karisma Publishing Group. P. 21.

SEMANGAT KEBEBASAN THOMAS MATULESSIA

·         Maluku Berpindah Tangan
Pertempuran Waterloo di Belgia pada tanggal 18 Juni 1815. Pertempuran itu menentukan nasib Napoleon Bonaparte dengan kekaisaran Perancisnya dan menentukan masa depan Negara-negara Eropa yang sedang saling menghancurkan. PERANCIS KALAH. Lawan-lawannya berkumpul di Wiena untuk mengatur kembali tata kehidupan bernegara dan yang telah diobrak-abrik oleh Napoleon. Rakyat Maluku melanjutkan hidupnya di bawah kekuasaan Inggris. Setahun setelah pertempuran di Waterloo, datang berita bahwa Maluku harus diserahkan kembali kepada Belanda.
1814 “Traktat London” sumber penyerahan kembali Indonesia kepada Belanda. Tanggal 19 Agustus 1816 ketika bendera ‘Union Jack’ diturunkan dan dikibarkan di Balai Kota Batavia disaksikan oleh Letnan Gubernur Inggris dan para Komisaris Jenderal Belanda, barulah terlaksana Traktat London.
Tanggal 18 Maret 1817, pagi-pagi benar Thomas telah menggerakkan kesatuannya ke berbagai tempat daerah pelabuhan, dan pantai pendaratan di dekat Benteng Victoria dijaga keras. Sersan Mayor Thomas dan beberapa kawannya memperhatikan situasi secara sungguh-sungguh, bertanya dari sana-sini dari anak buah kapal dan diperoleh keterangan bahwa armada Belanda itu terdiri atas kapal perang “Maria Reygersbergen”, “Nassau”, “Eversten” dan beberapa buah kapal pengangkut “Swallow”, “Salambone”, dan “Malabar”’ dan ada sepasukan tentara yang berkekuatan kira-kira 800 orang yang sebagian besar adalah orang-orang Jawa yang baru direkrut.
Perundingan pelaksanaan Traktat London menghasilkan persetujuan pada tanggal 14 Maret dan baru ditanda tangani tanggal 24 Maret oleh Martin, Engelhard dan Van Middelkoop. 20 Maret Burfhgraaff dilantik sebagai Residen di Hila dan Jr. Van den Berg dilantik sebagai Residen Saparua.
Tanggal 25 Maret serah terima kekuasaan. Rakyat Ambon menyaksikan upacara penurunan bendera Inggris dan penaikkan bendera Belanda. Penurunan “Union Jack” disambut oleh Nassau dengan 33 tembakan meriam. Dari benteng Victoria berdentum tembakan yang sama jumlahnya sebagai tanda penghormatan dan terimakasih. Sesudah itu Middelkoop dilantik sebagai Gubernur Maluku. Tiba-tiba tanda buruk menimpa Belanda di siang hari, yaitu ketika rakyat Ambon menyaksikan Tri Warna diturunkan setengah tiang. Tersiar kabar bahwa Kapten Laut PM Dietz, meninggal dunia ketika mendekati Tanjung Alang. Jenazahnya diturunkan dengan sekoci dan didayungkan kembali ke kota Ambon.
Sore hari rakyat menyaksikan kesedihan orang-orang Belanda yang menguburkan opsir mereka itu. Kebetulan pada saat itu terlihat di langit beberapa gumpalan awan yang aneh bentuknya. Rakyat yang masih penuh takhayul menyiarkan desas-desus bahwa kematian Dietz dan gejala alam itu adalah pertanda buruk bagi Belanda.

·         Demobilisasi “Korps Limaratus”
Pemerintah Inggris menawarkan Korps Ambon dari Thomas kepada Belanda tetapi ditolak jika pemerintahan Inggris berakhir di Maluku, maka serdadu-serdadu harus dibebaskan. 24 Maret menandatangani suatu seruan memanggil semua anggota Korps Ambon untuk berkumpul di Kota Ambon.
Setelah upacara selesai dan ditutup dengana defile, para anggota korps ini diserbu oleh sanak saudara, pemuda-pemudi, kawan-kawan dan kenalan. Pada malam hari Thomas dan kawan-kawan mengadakan pesta perpisahan dengan rakyat Ambon. Para opsir dan prajurit Inggris diundang pula. Pada saat berangkat ke Lease, Thomas dan kawan-kawannya diantar oleh kawan-kawan ke pelabuahan menaiki arombai masing-masing. Sesampainya di tujuan Thomas dan kawan-kawan disambut oleh rakyat dengan riang gembira. Peluk mesra Thomas dengan ibu dan sanak saudaranya, akhirnya mereka bersatu kembali sesudah berpisah beberapa tahun.
·         Kesan dan Beban
Beberapa hari kemudian pada akhir bulan Maret terdengar dentuman meriam silih berganti sebagai tembakan penghormatan, tanda Residen Van den Berg tiba dengan kapal perang di Saparua.
Pada rakyat negeri Seit diwarisi kebencian karena Ulupaha, pahlawan tua yang telah dihukum mati oleh Pemerintahan Inggris dalam tahun 1796. Banyak juga orang yang tewas dan dihukum mati pada waktu itu. Inggris meninggalkan kesan yang menonjol dibandingkan dengan kompeni.
Pada awal masa pemerintahan Engelhard dan Van Middelkoop melaporkan ke Batavia apa yang dialami mereka:
“Monopoli rempah-rempah di mana-mana mengalami kemunduran dan terancam akan punah, Amboina dapat diaktakan menjadi Bandar Penimbunan Hasil dari seluruh perdagangan di Bagian Timur Jawa.”
Engelhard menulis kepada Flout di Batavia sebagai berikut:
“Berbagai adat kebiasaan orang Inggris, yang berbeda dengan adat kebiasaan kita, tak dapat tiada meninggalkan bekas yang tidak menguntungkan kita di Maluku. Pada rakyat ditinggalkan prinsip-prinsip yang lain sama sekali.’
Lain lagi pendirian Residen Berkhoff di Banda. Tanggal 9 April dia menulis surat kepada Gubernur Maluku seperti berikut:
“Saat ini saya merasa tidak berwenang untuk mengesahkan pembayaran dengan uang kertas, tanpa ada sesuatu pengumuman yang mendesak/tanpa ada sesuatu jaminan. Tanpa itu dikhawatirkan akan timbul ketidak percayaan dan mungkin agitasi. Apa lagi pengalaman di masa lampau di wilayah ini meninggalkan bekas yang mendalam.’
Lagi-lagi keluar perintah untuk kerja rodi. Rakyat harus membuka kebun cengkeh dan pala untuk kepentingan gubernemen. Dendeng, ikan kering dan garam harus pula diserahkan kepada gubernemen. Bertambah berat tugas rakyat. Bertambah gelisah seluruh rakyat Ambon, Lease dan Seram. Di negri-negri tersiar kabar bahwa sekolah-sekolah akan ditutup. 15 April Residen Van den Berg menulis bahwa persekolahan akan hancur sama sekali jika pemerintahan Belanda tidak membayar para guru seperti di zaman kompeni. Pemerintah Perancis (Daendels) dalam tahun 1810 telah menghentikan pembayaran gaji guru-guru dan memerintahkan rakyat tiap-tiap negri untuk membayar guru-guru mereka.
Kata orang Belanda “Saparua is het neusje van de zalm” (Saparua adalah hidung ikan zalm).
Thomas Matulessia sadar bahwa kebencian rakyat Saparua dan Nusalaut makin meningkat karena Residen dan pegawai-pegawainya menjalankan instruksi dari gubernur dengan keras. Residen mengadakan perjalanan keliling untuk cacah jiwa yang ada hubungan dengan kerja rodi dan pajak. Siapa tidak muncul/terlambat datang dicambuk dengan rotan.
Dalam waktu yang begitu pendek, belum sampai sebulan setengah, Van den Berg telah menyulut sumbu dinamit bagi meledaknya suatu revolusi rakyat yang paling berdarah. Dinamit kebencian berpuluh-puluh tahun terhadap penjajah Baelanda tidak dapat lagi ditahan lagi dan meledaklah.

·         Gerakan Kemerdekaan
Suasana menjadi tegang setelah timbang terima kekuasaan. Di dalam jiwa rakyat Ambon, Lease, Seram Barat dan Selatan tertanam keinginan besar untuk melepaskan diri dari Belanda. Adat istiadat yang mengikat pada raja-raja, patih, tindakan keras yang memaksa mereka tunduk. Tetapi runtuhnya kekuasaan kompeni oleh suatu pasukan kecil Inggris pada tahun 1796, terulang lagi pada tahun 1810, membuka mata rakyat bahwa kekuasaan Belanda dapat dihancurkan dengan senjata. Pada saat yang sama datang laporan dari Residen Hila bahwa ada orang-orang dari pegunungan dan hutan yang mengganggu keamanan di jalan raya. Untuk mengatasi gangguan itu, gubernur mengeluarkan pengumuman.
“Dalam jangka waktu 3 bulan semua eks prajurit Inggris, para pengangguran dan orang asing tanpa pekerjaan/tanpa surat keterangan dari Kepala Negeri, harus mencari pekerjaan di kota Ambon/masuk tentara Belanda pulang ke negeri masing-masing. Jika tidak maka akan ditangkap dan diangkut ke Belanda”.

Tanggal 4 April 80 orang laki-laki dari jazirah Hitu mengadakan suatu rapat rahasia di hutan petuanan liang. Mereka bermusyawarah selama 4 hari.
Tanggal 9 April sekali lagi 50 orang berkumpul selama 3 hari di tempat yang sama. Di sini mereka menentukan sikap untuk mengangkat senjata memerangi Belanda.
Tanggal 25 April  Residen menulis surat kepada Gubernur di Ambon dan melaporkan hal itu. Tanggal 26 April kedua pesuruh itu kembali dan melaporkan bahwa keadaan di Liang tenang-tenang saja dan Kapitan Suwara Patti tidak berada di situ. Laporan ini cocok dengan laporan Residen Hilla tanggal 30 April yang juga menerima surat dari Gubernur untuk menyelidiki keadaan di Liang.
Residen Haruku melaporkan pada tangal 5 Mei, bahwa menurut penyelidikannya tidak ada tanda ketidakpuasan rakyat Pelau dan Kailolo. Tahun 1803 pemerintahan Belanda mengambil alih kekuasaan dari Inggris ada beberapa raja yang telah dipecat Inggris diangkat kembali. Raja Pelau dan Hualalui ditangkap dan dipenjarakan.

·         SEMANGAT PERJUANGAN
      kepemimpinan Thomas Matulessia mendapat dukungan dari rakyat, dalam perjuangannya Ia bisa mengobarkan semangat rakyat Maluku untuk membebaskan tumpah darahnya dari jajahan bangsa Barat. Semangat perjuangan yang tertanam dengan adanya ketertindasan menumbuhkan kesadaran Thomas Matulessia, untuk memimpin perjuangan rakyat Maluku sampai titik darah penghabisan.


Daftar Pustaka

I.O. Nanulaita.Kapitan Pattimura.1985. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta

H.O.S Tjokroaminoto

Dilahirkan di Bakur, sebuah desa yang sunyi di tahun 1882, pada tanggal 16 Agustus, bertepatan dengan meletusnya gunung Krakatau di Banten. Ia terkenal dengan kenakalanya sewaktu kecil, kesukaannya adalah main kuda-kudaan dan ayam-ayaman. Anak lain dijadikan kuda-kudaannya dan dimasukkan ke dalam kurungan ayam, beliau ialah H.O.S Tjokroaminoto.
Karena kenakalannya,Tjokroaminoto kecil dikeluarkan dari sekolah yang satu ke sekolah yang lain. Walau demikian berkat kepandaiannya beliau dapat memasuki sokolah O.S.V.I.A (Opleidings School Voor Inlandsche Ambtenaren) di Magelang pada tahun 1902, sampai tamat.. Kemudian beliau terpaksa masuk lingkungan pemerintahan Belanda. Kira-kira tiga tahun lamanya menjadi juru tulis Patih di Ngawi. Pada tahun 1905, beliau meninggalkan jabatannya dengan cara terhornat kemudian mengembara mencoba mencari keberuntungan baru dan bekerja di  firma Kooy & C dikota Surabaya dan menjadi tenaga pengajar di  Burgerljike Avondschool dari tahun 1907-1910. Pekerjaan yang menjadi kegemaran beliau adalah  menjadi seorang journalistic. Banyak tulisan Tjokroaminoto yang dimuat pada surat kabar Indonesia pada waktu itu.
            Setengah abad yang lalu, Tjokroaminoto dinikahkan dengan putri Patih wakil Bupati Ponorogo, Raden Mangoensoemo yaitu Raden Ajeng Soeharsikin Rumah tangganya semula baik-baik saja tetapi kemudia terjadi perselisihan dengan ayah mertuanya ketika Tjokroaminoto muali aktif memperjuangkan nasib bangsanya,yaitu bangsa Indonesia.Hal ini bisa dimaklumi mengingat ayah mertuanya adalah seorang pegawai pemerintah Belanda. Tjokroaminoto akhirnya  menyingkirkan diri dari rumah mertuanya dan meninggalkan istrinya yang sedang mengandung anak pertama.
            Soeharsikin tetap mempertahankan kesetiaanya, sebab dia yakin bahwa suaminya meninggalkannya bukan karena tidak mencintainya tetapi karena ia menghindar perselisihan dengan mertuanya. Pada saat anak pertama lahir,Soeharsikin nekad menyusul suaminya. Tjokroaminoto saat itu tinggal di Semarang menjadi seorang kuli pelabuhan.  Sikap hidup beliau yang tetap tidak mau bekerja dilingkungkan pemerintahan Belanda belum bisa diterima oleh masyarakat terutama oleh mertuanya. Sebagai istri dari orang yang tetap berpegang pada prinsip,teguh pendirian , kreatif dan pejuang, Soeharsikin berusaha meringankan beban suaminya dalam hal mecari nafkah. Sumber nafkah itu berada di rumahnya sendiri. Dia menerima pelajar-pelajar untuk tinggal di rumahnya dengan pembayaran sekian rupiah.
            Awal dari jasa Tjokroaminoto sebagi pemimpin bangsanya ialah ketika ia mengambil peranan sebagai seorang pemimpin dari pergerakan bangsa Indonesia. Dikatakan demikian, karena ketika Budi Utomo lahir beliau menjadi anggota dan menjadi Ketua Budi Utomo cabang Surabaya. Namanya populer di kalangan rakyat, namun karier politiknya tidak dilanjutkan di Budi Utomo tetapi di Sarekat Islam. Organisasi inilah yang merupakan pemula dari kehendaknya untuk mendapatkan peranan dalam dunia politik.Menurut pengamatan beliau masalah besar yang menyebabkan kemunduran umat Islam adalah kebodohan dan dari sinilah perjuangannya dimulai yaitu memerangi kebodohan. .  
Sudah 3 abad lamanya rakyat Indonesia menjadi rakyat jajahan Belanda,. terampas hak-haknya sebagi bangsa yang merdeka,berganti tindasan-tindasan dan diperhamba lahir-bathin. Tetapi yang lebih kejam lagi adalah sifat penjajahan Belanda terhadap moril rakyat Indonesia, merusak akhlak bangsa yang di jajah. Hantu persatuan adalah hantu yang sangat di takuti oleh Belanda, persatuan rakyat dalam bentuk dan sifat yang bagaimanapun harus ditindas sekuat-kuatnya.
            Upaya menggalang persatuan dan kesatuan bangsa sudah muncul sejak 1909 ketika Raden Mas Tirtoadisuryo mendirikan organisasi yang bernama Sarekat Dagang Islam di Bandung. Berita tentang berdirinya organisasi ini  menarik perhatian pedagang dari kota-kota lain. Haji Samanhudi seorang pedagang batik di Solo, berkunjung ke Bandung untuk menemui Raden Mas Tirtoadisuryo dan bermaksud  mendirikan Sarekat Dagang Islam di Solo. Dalam perkembangannya terjadi pertentangan antara organisasi yang di kelola pedangang Tionghoa dan Sarekat Dagang Islam dan membuka kesempatan bagi pemerintah kolonial untuk “membatasi dan menekan” gerak langkah Sarekat Dagang Islam. Karena sejak awal kelahirannya, Sarekat Dagang Islam telah dicurigai dan menghawatirkan pemerintah kolonial. Pada tanggal 12 Agustus 1912 pemerintah Belanda mengeluarkan “larangan sementara” kepada Sarekat Dagang Islam dan kemudian dicabut karena pelarangan itu tidak disertai bukti yang kuat..
            Perkembangan Sarekat Dagang Islam sampai ke Surabaya tempat domisili Tjokroaminoto, tentu saja Tjokroaminoto tertarik dan memperhatikan gerak langkah organisasi iniapalagi Tjokroaminoto masih ada darah ningrat Solo-Mangkunegaran sehingga bisa banyak berhubungan dengan pedagang di Solo. Awal bulam Mei 1912 datang beberapa anggota Sarekat Dagang Islam ke rumah Tjokroaminoto membicarakan kemungkinan-kemungkinan perkembangan yang lebih pesat dari sarekat dagang ini. Perbincangan ini dapat “mengguggah” Tjokroaminoto untuk menerjunkan diri ke dalam organisasi ini.
            Kepercayaan penuh pun ia peroleh. Nama Sarekat Dagang Islam ia ganti manjadi Sarekat Islam. Setelah perubahan nama, kongresnya yang pertama diadakan pada tanggal 26 Januari 1913 di Surabaya, sebuah kongres yang didatangi oleh ribuan bahkan puluhan ribu manusia yang di dalam dirinya bergejolak perasaan “gembira” karena awal dari titik terang telah nampak. Tjokroaminoto naik ke mimbar, pengunjung kongres diam menunggu apa yang hendak dikatakannya, akhirnya dia membuka suara dengan kata-kata yang jelas dan pasti.
            Dalam menghadapi gerak langkah Sarekat Islam, pemerintah kolonial  mengahadapi dilema yang lahir dari “asas Demokrasi” yang katanya dianut dan dijalankan oleh mereka. Demokrasi memiliki unsur hakiki “kebebasan bergerak dan mengeluarkan pendapat”. Dalam kongres pertana itu telah diambil beberapa keputusan, antara lain mengangkat Haji Samanhudi sebagai ketua pengurus besar sedang Tjokroaminoto diangkat sebagi komisaris. Dalam kongres itu juga dikatakan bahwa Sarekat Islam tetap setia pada pemerintah, tetapi kesetiaan ini bukan kesetiaan yang dapat menerima begitu saja kehendak pemerintah.
            Apalagi dengan pengakuan yang demikian dapat dibantah adanya desas-desus bahwa Sarekat Islam akan melakukan dan menganjurkan diadakannya huru-hara di kalangan masyarakat, bahkan desas-desus itu mengatakan bahwa Sarekat Islam sedang mempersiapkan diri untuk “memberontak”. Desas-desus itu disebarkan oleh orang-orang Eropa yang berdiam di Indonesia. Perkembangan yang pesat dari Sarekat Islam dan pengaruh besar Tjokroaminoto telah melahirkan kekhawatiran di kalangan golongan Eropa waktu itu. Untuk “mengobati” kekhawatirannya ditempuh jalan yang cukup keji berupa penyebaran desas-desus yang di sebutkan diatas.
            Sarekat Islam hanya diakui statusnya percabang, artinya setiap cabang diakui pemerintah sebagai organisasi yang sah di tempat cabang-cabang itu didirikan. Karenanya pertumbuhan Sarekat Islam tetap berjalan dan jumlah anngota mereka tetap bertambah setiap hari. Pada tahun 1915 di Surabaya didirikan Central Sarekat Islam yang waktu itu di seluruh daerah sudah mencapai 50 buah. Bulan Maret 1913 berlangsung kongres yang kedua, bertempat di taman Sriwedari,Solo. Pengunjung kongres lebih besar jika dibanding dengan kongres pertama yang diadakan di Surabaya. Para pengunjung disambut oleh beribu-ribu orang yang bersimpati pada Sarekat Islam, mereka berteriak “Hidup SI” disertai tepuk tangan yang meriah.
            Ketika Tjokroaminoto datang,beliau di sambut dengan ukhuwah Islamiyah dan dibopong sampai tempat pertemuan. Kongres ini memutuskan bahwa yang berhak diterima sebagai anggota Sarekat Islam “Hanyalah Bangsa Indonesia”. Corak “Kerakyatan”yang menjadi salah satu keputusan konggres tersebut akan di pertahankan. Kongres ketiga berlangsung pada 17-24 Juni 1916 di Bandung yang dinamakan juga kongres nasional pertama Sarekat Islam,yang dipimpin Tjokroaminoto.Tetapi Tjokroaminoto telah menggunakan alat dari pemerintah sendiri, yaitu peraturan Ratu tertanggal 23Juli 1903 sebuah taktik yang jitu setidaknya jika melihat suasana pada waktu itu. Tjokroaminoto menyadari bahwa “hak kebebasan yang diinginkan tidak dapat diberikan dengan jalan sebagai suatu hadiah”, harus dengan jalan memaksa.
Pada tanggal 20-27 Oktober 1917, kongres nasional kedua dilaksanakan di Jakarta yang membicarakan tentang kondisi  masyarakat, baik yang politis maupun nasional. Dalam pandangan A K. Pringgodigdo, kogres ini sifat pembicaraanya lebih berani. Dibahas juga rencana membentuk” volksraad yang dikemukakan oleh Menteri Jajahan Belanda Pleyte. Sikap mendukung  pembentukan Volksraad ini bagi Sarekat Islam bukanlah suatu sikap yang tanpa rencana.
Tjokroaminoto tidak sependapat dengan sikap golongan Semaun yang tidak setuju dengan masuknya wakil-wakil Sarekat Islam dalam Volksraaddan lebih menerima ajakan Budi Utomo untuk duduk dalam “Komite Nasional”, yang bermaksud untuk membahas perumusan pemilihan                             anggota-anggota Volksraad. Dalam kongres ini disepakati untuk menerima sebuah asas yaitu tujuan perjuangannya untuk mendapatkan pemerintahan sendiri dengan menentang semua bentuk penghisapan yang dilakukan oleh kapitalisme yang rakus.
Pada tanggal 18 Mei 1918, pertama kalinya Sarekat Islam menyetujui  pembentukan Dewan Rakyat sebagi lembaga untuk menyuarakan kehendak rakyat. Tjokroaminoto dan Abdul Muis memberikan reaksi-reaksinya yang jelas dan tegas terhadap pelaksanaan pemerintahan yang ketika itu telah menjadi oposisi.
Beberapa bulan setelah pembukaan Volksraad diselenggarakan kongres nasional ketiga yang diadakan di Surabaya pada tanggal 29 September-6 Oktober 1918. Melalui kongres ini Sarekat Islam menuntut agar pemerintah Belanda memberi hak pada rakyat untuk membentuk pemerintahan sendiri, mem berikan hak piluh bagi warganya yang dewasa dan perbaikan sosial ekonomi Di setujuilah gagasan untuk menentang pemerintah dalam usahanya melindungi kapitalisme. Jika pemerintah tidak mengindahkan segala tuntutan itu dalam waktu 5 tahun, maka Sarekat Islam sendiri yang kelak akan melaksanakannya dan ucapan itu memancing kegembiraan yang meluap dari peserta kongres. Pada bulan November di dalam Volksraad telah di bentuk Radicale Concentratie. Wujud dari kerja sama yang sebenarnya adalah semacam fraksi dalam lembaga wakil rakyat. Fraksi ini menuntut agar pemerintah segera membentuk sebuah parlemen yang wujud dan statusnya, terutama isi dan kekuasaannya harus berbeda dengan parlemen yang dibentuk pemerintah.
Pada tanggal 18 November 1918, Mr. Dr. D Talma telah membacakan suatu keterangan di depan Volksraad apa yang ada di dalam sejarah dan di kenal dengan “Janji November” yaitu janji pemerintah Belanda untuk mengadakan perbaikan –perbaikan ditanah jajahan. Diharapkan situasi di Hindia-Belanda akan dapat ditenangkan, sebab  kehendak pemerintah Belanda untuk memberikan perbaikan keadaan  setelah perang usai.Namun janji itu tidaklah pernah terwujud. Setelah seminggu keluarnya Janji November itu, pada tanggal 25 November 1918, Tjokroaminoto mengeluarkan sebuah “mosi” yang berisi tuntutan agar diadakan perubahan yang besar dalam kehidupan berpolitik dan kenegaraan di Indonesia. Mosi ini di tanda tangani juga oleh Sastrowijono, Carmer, Cipto Mangunkusumo, Radjiman, Teeuwen, Abdul Muis, dan Thayeb. Mosi tersebut berbunyi “menimbang telah sampai masanya buat mengadakan perubahan yang besar dalam susunan pemerintahan yang besar dalam negeri”.
Pada tanggal 26 Oktober-2 November 1919 dilangsungkan lagi kongres nasional keempat di Surabaya. Konggres memutuskan untuk membentuk sesuatu organisasi sarekat sekerja yang tergabung dalam suatu  federasi. Dalam kongres ini Suryo Pranoto mengusulkan pembentukan federasi dari sarekat pekerja dan sarekat tani.
Federasi inilah yang merupakan badan sentral,yang mambentuk Majelis Tinggi dan yang anggotanya adalah Majelis Rendah. Dengan persatuan seluruh anggotanya  maka diadakan aksi untuk menentang modal dan penjajahan asing, dan segala urusannya diserahkan kepada Semaun dan Sosrokardono. Tetapi timbul kendala dari pihak penguasa, Semaun dan Sosrokardono di tangkap dengan tuduhan telah menyebarkan surat selebaran yang dikeluarkan oleh Sneevlit, Sosrokardono di tangkap karena dituduh terlibat dalam gerakan Afdeling B,  yang ingin menentang  pemerintah. Halangan dapat diatasi dan tugas diserahkan kepada Suryopranoto dan Alimin Prawirodirjo.
Pada tanggal 25 Desember 1919 di Jogjakarta diadakan kongres yang membentuk organisasi buruh sebagaimana yang diusulkan oleh Sarekat Islam yaitu : Persatuan Pergerakan Kaum Buruh (PPKB). Diketuai oleh Semaun dan wakilnya Suryopranoto, sekretarisnya Haji Agus Salim.Ketika itu pengaruh Semaun didalam tubuh Sarekat Islam makin besar, bahkan berhasil menjadi salah seorang komisaris. Tahun 1919 merupakan tahun yang sangat berarti bagi Sarekat Islam yang jumlah anggotanya mencapai 2 juta. Di tahun ini  timbul kekhawatiran dan kecurigaan yang dilakukan oleh Sarekat Islam, maka terjadilah “kericuhan di Toli-Toli” dan di Cimamere yang lebih dikenal dengan “peristiwa Afdeling B”. Akibat peristiwa tersebut beberapa tokoh Sarekat Islam ditangkap karena dianggap sebagi penanggung jawabnya, termasuk Tjokroaminoto dan Suryopranoto. Tetapi dakwaan yang seperti itu bagi Sarekat Islam bukanlah suatu hal yang baru.
Pada tahun 1915, setelah tujuh tahun terjadinya pemogokan di Krapyak telah tersebar desas-desus akan terjadi pemberontakan yang dipimpin oleh Tjokroaminoto. Juga persoalan peristiwa Toli-toli dan Afdeling B yang mengundang  kekhawatiran penguasa kolonial, bahkan persoalan itu telah mendorong penguasa kolonial untuk menangkap Tjokroaminoto karena dituduh memberikan sumpah palsu dalam kaitannya dengan kesaksian tentang persoalan Afdeling B itu. 
Pada tahun 1920, Tjokroaminoto dipenjarakan dengan tuduhan menyebar-luaskan hasutan dari Sarekat Islam tentang  kericuhan yang dilakukan oleh Sarekat Islam. Pada tahun 1918 terjadi musim paceklik dimana bahan makanan sangat kekurangan dan pemerintah Belanda  menganjurkan  pada pegawai bawahan untuk mengadakan pembelian padi kepada rakyat. Seorang penduduk yang bernama Haji Hasan menentang praktek pelaksanaan pembelian padi tersebut..
Ketika Sarekat Islam di Surabaya  mengalami perpecahan, ,  Tjokroaminoto telah dilepaskan dari penjara. Pada tahun 1921-1922, berturut-turut telah diadakan kongres Al-Islam masing-masing bertempat di Garut dan Cirebon tujuannya mempersatukan umat dan mengurangi perbedaan diantara mereka. Pada tahun 1923 diadakan lagi kongres Sarekat Islam di Madiun, yang memutuskan Sentral Sarekat Islam diubah menjadi Partai Sarekat Islam yang memutuskan partai sebagai alat perjuangan. Arah baru yang terpenting yang diputuskan oleh kongres nasional ketujuh di Madiun ialah sikap non-kooperasi. Sikap ini lebih tegas dari sikap kooperasi dan berakibat Haji Agus Salim menanggalkan keanggotaannya di Volksraad.
Pada tanggal 24-26 Desember 1924 Partai Serikat Islam mengadakan “kongres Islam luar biasa” yang bertempat di Surabaya, untuk membicarakan undangan  muktamar yang di rencanakan di Kairo. Pada bulan Februari di Bandung telah dilangsungkan muktamar Al-islam. Kongres dipimpin oleh            Sentral Komite Khilafat di bawah undangan Raja Ibnu Saud. Indonesia mengirimkan Tjokroaminoto dan K.H Mas. Mansur.dan diputuskan untuk mengganti Sentral Komite Kilafat menjadi Muktamar Alam Islami far’un Hindis Syarayah (MAIHS). Sebagi ketuanya adalah Tjokroaminoto dan wakilnya Wondoamiseno, sekretaris H.Agus. Salim.Setelah mengadakan kegiatan di Surabaya,  dibentuklah apa yang disebut Hadz organisasi Hindia yang merupakan badan penerangan untuk perjalanan haji ke tanah suci Mekkah.
Setelah selesainya kongres ini, kegiatan di Partai Sarekat Islam diperhebat dimana Pekalongan menjadi tempat kongres nasional Partai Sarekat Islam yang berlangsung pada tanggal 28 September-2 Oktober 1926. Pada kesempatan itu juga, Haji Agus Salim telah menganjurkan untuk mendirikan sebuah lembaga baru berupa Majelis Ulama, yang dimaksudkan  untuk mengawasi pekerjaan Tjokoaminoto. Memasuki tahun 1912 Partai Sarekat Islam mengubah lagi namanya menjadi Partai Sarikat Islam Indonesia (PSII), dimana dilakukan perubahan berkaitan adanya situasi berpolitik. Dimana di daerah-daerah boleh menyelenggarakan  kongres sendiri. Di dalam kongres PSII ini dibicarakan tentang persoalan ekonomi, politik, pergerakan wanita dan organisasi perburuhan. Sebagai pembicara adalah Budi Utomo, Setelah cabang Surabaya,  menyusul PSII di Jawa Tengah mengadakan kongres di Cilacap pada tanggal 2-6 Agustus 1929. DLm konggres ini dibahas  persoalan non koperasi, kapitalisme, kolonalisme dll. Di Garut juga digelar kongres pada tangal 16-19 Agustus 1929. Disini ditampilkan tokoh dari PNI sebagai pembicara yaitu Ir. Sukarno dan Gatot Mangkupraja. Yang membahas tentang kapitalisme, Kongres ini sangat monumental karena dapat memancing semangat yang lebih kokoh dan diakhiri dengan seruan ”Indonesia Merdeka”.
Memasuki tahun 1933 gerak langkah PSII makin giat,  jumlah anggotanya makin bertambah.  Memasuki tahun 1934 PSII telah kehilangan seorang pemimpin, dimana Tjokroaminoto meninggal dunia karena sakit, tepatnya pada tanggal 17 Desember 1934 di bulan Ramadhan. Tetapi sebelum meninggal sempat memimpin kongres PSII di Banjarnegara dan di Pare. Selama hidupnya telah digunakan untuk menulis karangan yang akan di jadikan buku, maupun yang disiarkan sebagai tajuk rencana pada surat kabar yang dipimpinnya. Tidaklah dapat disangkal bahwa selama hidupnya, Tjokroaminoto telah menerjuni suatu pekerjaan yang memerlukan ketrampilan dalam segala bentuk yang dimiliki oleh seorang pejuang, baginya sangat perlu untuk mendapatkan alat yang baik agar dapat menerjuni bidang yang medapatkan hasil semaksimal mungkin yaitu di bidang pemikiran atau bidang intelektual.
Anwar Tjokroaminoto salah seorang putranya mengatakan: “walaupun habis waktunya untuk berjuang dalam lapangan politik, namun beliau usahakan pula pedoman-pedomannya”. Diterangkan pula betapa pentingnya kebutuhan tanah untuk kelangsungan hidup rakyat karena tambahan tanah untuk kebutuhan pertanian rakyat. Setelah memberikan dasar-dasar pengertian sosialime di dalam Islam, pada dasarnya mengenal 2 macam sosialisme yaitu Staats socialisme dan Industry socialisme. Di dalam paham sosialisme adalah berakar cita-cita yang nikmat, yaitu cita-cita pertemanan, persahabatan, musahabah, dan kekancan. Sosialisme menghendaki cara hidup satu untuk buat semua dan semua buat satu, yaitu cara hidup yang memperlihatkan kepada kita bahwa semua memikul pertanggung jawaban atas perbuatan kita bersama satu sama lain. Diantara buku-buku peninggalan Almarhum yaitu, islam dan sosialisme, dan tarich islam. Pada buku yang ditulis Tjokroaminoto membahas secara luas dan cukup dalam berbagai aspek yang cukup menarik. Dalam sosialisme, terdapat unsur yaitu kemerdekaan, persamaan, dan persaudaraan.
Seorang pemimpin tentulah mempunyai lika-liku hidup yang penuh dengan bunga-bunga yang menarik teteapi juga tidak sedikit pula yang sengaja menebar  bahu-bahu yang kurang sedap. Namun demikian  bukan sang pemimpin yang memberikan penilaian terhadap diri dan langkah-langkahnya. Penilaian yang dimaksud merupakan kawan seiringnya maupun  lawan yang sering dihadapinya.  Tjokroaminoto bukan seorang pemimpin,namun seorang manusia biasa, pastilah dia tidak bebas dari kelemahan-kelemahan manusiawi yang memang merupakan sesuatu yang akan selalu ada pada setiap hamba Tuhan. Itulah sekedar gambaran tentang diri pribadi Alm. Tjokroaminoto.
Selama hidupnya almarhum talah menunjukkan dan memberikan perbuatan dan pikiran yang berarti bagi bangsanya, semua itu telah menjadi warisan historis bagi generasi-generasi bangsa untuk masa kini dan masa yang akan datang. Yang setidaknya untuk menjadi buah renungan,dan dapat diperjuangkan kamerdekaannya oleh Tjokroaminoto , salah seorang pemula dari gerakan kemerdekaan  yang telah kita nikmati selama 30 tahun. Kaberanian haruslah di landasi oleh kejujuran yang terpercaya, pada saat yang sama juga harus berjalan bersama dengan ketabahan hati yang meyakinkan.
Keinginan Tjokroaminoto  adalah memberi  petunjuk jalan kepada kaum muslimin yaitu: pada masa akhir ini ada satu dua matalisme dan kita wajib bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Dimana Al-Qur’an yang suci masih ada dan kekal selamanya. Juga mengajarkan  kemerdekaan, persamaan, dan persaudaraan, serta menanamkan satu cita-cita demokrasi dan sosialisme yang ditanamkan dari dulu dan sekarang sampai akhir jaman nanti. Kita harus senantiasa menjauhkan diri dari nafsu kasar yang ditunjukkan oleh negeri barat dimana membawa kecelakaan kepada peri kemanusiaan. Kita juga harus senantiasa membesarkan kekuatan batin dan membesarkan perlengkapan kekuatan budi buat melakukan kewajibannya sebagai umat islam di Sarekat Islam ini.
Generasi yang akan datang juga diharapkan memberikan penuh darma baktinya guna kemajuan nusa dan bangsa yang menduduki jabatan tertinggi dalam pemerintahan dan  masyarakat. Setiap generasi mempunyai keharusan tanggung jawab yang sesuai dengan tuntutan dan panggilan zamannya. Generasi yang akan datang  harus mempunyai sifat nasionalisme dan setiap generasi selalu dituntut untuk mampu mengadakan penghayatan, perenungan, agar mampu  menanggapi tuntutan zamannya. Dengan segala kemampuannya, Tjokroaminoto telah mampu menjawabnya.Karena semua itu menjadi warisan historis buat generasi bangsa untuk masa kini dan masa yang akan datang.

Daftar Pustaka
Gonggong, Anhar. 1986. Hos Tjokroaminoyo. Jakarta: Dekdikbud.
www. Biografi tokoh dunia.com
http:/muda. Kompasiana.com
www. Scribd.com

http://hizbut.tahrir.or.id